Kamis, 10 Januari 2013

Kembali.

Selalu. Aku selalu kesepian. Hidup dalam kegelapan. Sendiri. Dingin. Air mata menemaniku menari dalam renung. Aku tak pernah menemukan siangku. Aku tak pernah melihat matahari. Aku tak pernah merasakan kehangatan. Hitam adalah jalanku. Sunyi adalah penjagaku. Aku selalu berada dalam lorong gelap yang panjang. Berusaha mencari cahaya. Berusaha mencari dirimu. Ya dirimu. Aku terus berlari. Kadang ku berhenti. Berfikir. Akankah aku akan menemukannya? Apakah cahaya itu nyata untuk ku? Aku terbelenggu dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Tapi hatiku yakin. Hatiku sedang tak bersahabat dengan kepalaku ini. Mereka lucu. Mereka selalu berbeda. Mereka cocok menjadi pasangan. Tapi untuk kali ini aku mengikuti kata hatiku. Aku terus mencari. Kadang ku tersandung. Jatuh. Terluka. Aku tak peduli. Aku terus berjalan. Berlari. Tetap dalam kegelapan. Akupun ragu apakah sebenarnya aku buta? Ataukah ini hanya tidur panjangku yang tak pernah terbangunkan? Tidak! Aku tak peduli! Aku beranjak. Aku merasakan air keluar mengalir pelan dari kedua kelopak mataku. Aku berlari kencang aku tak peduli. Namun suara langkah kaki menghentikanku. Suaranya berat. Aku yakin dia seorang laki-laki. Dia berhenti melangkah. "Siapa disana?" Tanyaku. "Kau tak perlu tau siapa aku. Kemarilah. Ikuti. Suaraku. Yakinlah. Kau akan menemukan cahayamu." Kata laki-laki itu. "Bagaimana aku bisa yakin kepadamu?" Kataku. "Yakinlah. Aku yakin kepadamu. Aku janjikan cahaya untukmu. Ikuti kata hatimu." Suara laki-laki itu lembut. Halus. Aku tak ragu. Dia sudah janji. Aku ikuti suaranya. Terus berlari. Suara itu semakin dekat. Ya! Aku menemukan satu titik putih. Aku terus mendekat. Titik-titik itu menjadi besar. Semakin aku dekat. Aku menemukannya. Dan ketika itu juga aku melihat laki-laki itu. Dia bagai malaikat. Mataku tak berkedip. Aku tak buta. Cahaya ada dimana-mana. Aku semakin mendekatinya. Dia tersenyum padaku. Kami semakin dekat. Cahaya itu semakin terang. Sangat terang. Mataku panas. Aku tak kuat menahan sinarnya. Kulihat lagi dirinya. Senyumnya tak lagi indah. Aneh. Menyeringai. Seolah merubahnya dari malaikat menjadi iblis. Aku masih gelagapan dengan sinar-sinar ini. Aku terjatuh. Aku menutup mataku. Kembali dalam gelap. Hitam. Sunyi. Air mata kembali mengalir. "Tuhan,aku tak pernah menginginkan ini. Sinarmu terlalu terang untukku. Gelapmu terlalu gelap untukku. Aku mengerti. Tak selamanya gelap itu buruk. Dan tak selamanya terang itu baik. Kali ini aku salah dengan kata hatiku. Mungkin sudah menjadi takdirku hidup dalam gelap ini. Aku terima. Aku yakin tuhan tak pernah salah. Cahaya itu akan muncul. Datang dengan sendirinya. Mungkin sebentar lagi. Akan ku nikmati semua kegelapan ini. Sambil menunggu cahaya itu datang. Aku yakin tuhan tak pernah salah."
- A -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar